4 Keunikan Tradisi Perang Meriam Karbit di Pontianak

4-Keunikan-Tradisi-Perang-Meriam-Karbit-di-Pontianak

Lebaran jadi momen yang pas untuk berkumpul dan bersilaturahmi bersama keluarga. Banyak juga beberapa tempat di Indonesia menggelar festival atau tradisi menyambut lebaran. Salah satunya di Pontianak. Tradisi tersebut dikenal dengan nama perang meriam karbit.

Pengertian Meriam Karbit

Seperti namanya, tradisi ini menggunakan karbit atau batu kali sebagai peluru pada meriam. Meriam karbit ini dipersiapkan 2 bulan sebelum hari lebaran. Namun dinyalakan hanya pada h-3 dan h+3 lebaran di bantaran sungai Kapuas, Pontianak. Berikut ini 4 keunikan tradisi meriam karbit.

1. Sebagai Alat untuk Mengusir Hantu Kuntilanak

Menurut cerita masyarakat, pada zaman Kesultanan Kadriah di tahun 1771-1808 meriam dibunyikan sebagai alat untuk mengusir hantu kuntilanak. Hal ini karena ketika Raja Syarif Abdurrahman Alkadrie ingin membuka lahan untuk memuat kota Pontianak kerap diganggu oleh hantu kuntilanak.

Bunyi meriam yang keras dipercaya membuat hantu ketakutan karena sebagai tanda azan magrib akan segera dikumandangkan. Kini, meriam karbit malah menjadi tradisi tahunan yang tak boleh dilewatkan. Tak lagi untuk mengusir hantu, namun dijadikan daya tarik wisatawan.

2. Punya Syarat Khusus sebelum Menyalakan Meriam

Tak hanya sekadar bermain meriam, untuk menyalakannya warga harus mematuhi persyaratan-persyaratan khusus yang telah ditetapkan oleh komunitas Tradisi Meriam Karbit Pontianak. Beberapa persyaratan itu ialah harus didekorasi dengan beragam warna dan bentuk dan harus memiliki latar belakang masjid.

Maka tak heran banyak warga yang patungan untuk menghias meriam dengan harga yang tak murah yakni Rp3.000.000,- hingga Rp5.000.000,-. Bahkan acara mendekor meriam tersebut ikut dilombakan dengan hadiah total hadiah puluhan juta rupiah.

3. Pembuatan Meriam dengan Cara Unik

Sebelum digunakan, warga bergotong-royong membuat sendiri meriam karbitnya. Biasanya meriam tradisional ini terbuat dari kayu durian atau batang pohon kelapa yang telah mengeras.

Lalu, kayu tersebut diikat erat dengan tali rotan seberat 100 kg untuk menjaga kestabilan meriam ketika dinyalakan. Kemudian meriam didekorasi sedemikian rupa dengan cat atau pernak pernik lainnya.

4. Prosesi Penyimpanan Meriam

Selain pembuatannya yang menarik, setelah selesai acara festival meriam, biasanya meriam akan disimpan dengan cara direndam di dalam Sungai Kapuas hingga tahun depan ketika akan digunakan perang meriam karbit. Cara ini dilakukan agar meriam awet dan bisa digunakan berulang-ulang serta tidak mudah rusak.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *